Selasa, 22 November 2016

PERBEDAAN MASYARAKAT KOTA DENGAN MASYARAKAT DESA

PERBEDAAN MASYARAKAT KOTA DENGAN MASYARAKAT DESA

Image result for masyarakat kota dan desa
Pada mulanya masyarakat kota sebelumnya adalah masyarakat pedesaan, dan pada akhirnya masyarakat pedesaan tersebut terbawa sifat-sifat masyarakat perkotaan, dan melupakan kebiasaan sebagai masyarakat pedesaannya.

Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat kota adalah bagaimana cara mereka mengambil sikap dan kebiasaan dalam memecahkan suata permasalahan.


Masyarakat Perkotaan
 
Warga belajar--sekalian, Membahas masyarakat perkotaan sebetulnya tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat desa karena antara desa dengan kota ada hubungan konsentrasi penduduk dengan gejala-gejala sosial yang dinamakan urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa kekota. Masyarakat perkotaan merupakan masyarakat urban dari berbagai asal/desa yang bersifat heterogen dan majemuk karen terdiri dari berbagai jenis pekerjaan/keahlian dan datang dari berbagai ras, etnis, dan agama.
Image result for kota
Mereka datang ke kota dengan berbagai kepentingan dan melihat kota sebagai tempat yang memiliki stimulus (rangsangan) untuk mewujudkan keinginan. Maka tidaklah aneh apabila kehidupan di kota diwarnai oleh sikap yang individualistis karena mereka memiliki kepentingan yang beragam. Lahan pemukiman di kota relatif sempit dibandingkan di desa karena jumlah penduduknya yang relatif besar maka mata pencaharian yang cocok adalah disektor formal seperti pegawai negeri, pegawai swasta dan di sektor non-formal seperti pedagang, bidang jasa dan sebagainya. Sektor pertanian kurang tepat dikerjakan di kota karena luas lahan menjadi masalah apabila ada yang bertani maka dilakukan secara hidroponik. Kondisi kota membentuk pola perilaku yang berbeda dengan di desa, yaitu serba praktis dan realistis.

Ciri-ciri masyarakat kota (urban) antara lain :


1.    Kehidupan keagaam berkurang, karena cara berpikir yang rasional dan cenderung sekuler
  1. Sikap mandiri yang kuat  dan tidak terlalu tergantung pada orang lain sehingg cenderung individualistis
  2. Pembagian kerja sangat jelas dan tegas berdasarkan tingkat kemampuan/ keahlian
  3. Hubungan antar individu bersifat formal dan interaksi antar warga berdasarkan kepentingan.
  4. Sangat menghargai waktu sehingga perlu adanya perencanaan yang matang.
  5. Masyarakat cerderung terbuka terhadap perubahan didaerah tertentu (slum) 
  6. Tingkat pertumbuhan penduduknya sangat tinggi
  7. Kontrol sosial antar warga relatif rendah
  8. Kehidupan bersifat non agraris dan menuju kepada spesialisasi keterampilan
  9. Mobilitas sosialnya sangat tinggi karena penduduknya bersifat dinamis, memamanfaatkan waktu dan kesempatan, kreatif, dan inovatif.
  10. kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa. Masyarakat kota hanya melakukan kegiatan keagamaan hanya bertempat di rumah peribadatan seperti di masjid, gereja, dan lainnya.
  11.  orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada orang lain
  12.  di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, karena perbedaan politik dan agama dan sebagainya.
  13. jalan pikiran rasional yang dianut oleh masyarkat perkotaan.
  14. interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan pribadi daripada kepentingan umum.


Masyarakat Desa (Rural Society)

Image result for desaKarakteristik umum masyarakat pedesaan yaitu masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarakat, yang biasa nampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat dicontohkan pada kehidupan masyarakat desa di jawa. Namun dengan adanya perubahan sosial dan kebudayaan serta teknologi dan informasi, sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku. 




Berikut ini ciri-ciri karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka yang bersifat umum.
1.      Sederhana
2.      Mudah curiga
3.      Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya
4.      Mempunyai sifat kekeluargaan
5.      Lugas atau berbicara apa adanya
6.      Tertutup dalam hal keuangan mereka
7.      Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota
8.      Menghargai orang lain
9.      Demokratis dan religius
10.  Jika berjanji, akan selalu diingat
11.  Anggota komunitas kecil
12.  Hubungan antar individu bersifat kekeluargaan
13.  Sistem kepemimpinan informal
14.  Ketergantungan terhadap alam tinggi
15.  Religius magis artinya sangat baik menjaga lingkungan dan menjaga jarak dengan penciptanya, cara yang ditempuh antara lain melaksanakan ritus pada masa-masa yang dianggap penting misalnya saat kelahiran, khitanan, kematian dan syukuran pada masa panen, bersih desa.
16.  Rasa solidaritas dan gotong royong tinggi
17.  Kontrol sosial antara warga kuat
18.  hubungan antara pemimpin dengan warganya bersifat informal
19.  Pembagian kerja tidak tegas, karena belum terjadi spesialisasi pekerjaan
20.  Patuh terhadap nilai-nilai dan norma yang berlaku di desanya (tradisi)
21.  Tingkat mobilitas sosialnya rendah
     22. Penghidupan utama adalah petani. 


Sedangkan cara beadaptasi mereka sangat sederhana, dengan menjunjung tinggi sikap kekeluargaan dan gotong royong antara sesama, serta yang paling menarik adalah sikap sopan santun yang kerap digunakan masyarakat pedesaan.

Berbeda dengan karakteristik masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan lebih mengutamakan kenyamanan bersama dibanding kenyamanan pribadi atau individu. Masyarakat perkotaan sering disebut sebagai urban community.
Hal tersebutlah yang membedakan antara karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan, oleh karena itu, banyak orang-orang dari perkotaan yang pindah ke pedesaan untuk mencari ketenangan, sedangkan sebaliknya, masyarakat pedesaan pergi dari desa untuk ke kota mencari kehidupan dan pekerjaan yang layak untuk kesejahteraan mereka.

Untuk memudahkan memahami tentang perbedaan masyarkat desa dan masyarakat kota ini dapat kita lihat dalam tabel dibawah ini :
Image result for perbedaan masyarakat desa dan kota




DAFTAR PUSTAKA :


http://visiuniversal.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-dan-perbedaan-masyarakat.html

https://lorentfebrian.wordpress.com/perbedaan-masyarakat-kota-dengan-masyarakat-desa/
Share:

PENDUDUK dan PERMASALAHANNYA

PENDUDUK dan PERMASALAHANNYA SECARA GLOBAL


Image result for overpopulation              Salah satu masalah besar dalam pembangunan ekonomi di LDCs adalah gejala pertumbuhan penduduk yang tinggi. Fenomena ini sangat sentral karena bisa menjadi penyebab bagi masalah-masalah lain dalam pembangunan ekonomi, misalnya kebutuhan dana untuk investasi, kemiskinan, pengangguran, beban ketergantungan, serta migrasi desa -kota. Bab ini menganalisis hakikat, penyebab, serta peran pertumbuhan penduduk dalam pembangunan ekonomi serta mencari kebijakan yang tepat untuk memecahkannya. Diharapkan dengan terpecahnya masalah pertumbuhan penduduk, tugas pembangunan ekonomi secara umum akan menjadi lebih ringan. 

              Pertumbuhan penduduk merupakan fenomena besar dinegara-negara berkembang dan menimbulakan berbagai masalah seperti pengangguran, beban tanggungan penduduk usia kerja, maupun migrasi besar-besaran ke kota. Dalam bab ini kita akan melihat lebih rinci pada masalah-masalah tersebut.

Pertumbuhan Populasi
              Paruh kedua abad ke-20 yaitu tahun 1950-2000, telah menjadi saksi dari apa yang bisa disebut sebagai ledakan penduduk. Pada paru pertama, 1900-1950, populasi penduduk dunia diperkirakan telah tumbuh dari 1,6 menjadi 2,5 miliyar, akan tetapi menjelang tahun 2000 di perkirakan melebihi 6 milyar. Dengan demikian dalam satu abad ini telah menjadi kenaikan hampir empat kali lipat dalam populasi manusia.

              Faktor utama kenaikan yang sangat cepat ini adalah pertumbuhan populasi yang tinggi di negara-negara berkembang sejak tahun 1950-an, yang berpuncak pada hampir 2,5 persen per tahun di sekitar tahun 1970, kemudian menurun secara perlahan pada tahun-tahun berikutnya. (Tabel 11-1). Tingkat kelahiran yang tinggi pasca perang dunia II di negara-negara industri juga menyumbang, akan tetapi pertumbuhan populasi tahunan di negara-negara ini telah menurun menjadi sekitar 0,6 persen per tahun menjelang tahun 1990 dan tampaknya menurun lagi pada tahun-tahun berikutnya.

              Tabel 11-1 Ukuran dan tingkat populasi dunia, 1950-2025
Dunia
Negara maju
Negara berkembang
Tahun
Populasi (juta)
Tingkat kenaikan (%)
Populasi (juta)
Tingkat kenaikan (%)
Populasi (juta)
Tingkat Kenaikan (%)
1950
2.516
-
832
-
1.684
-
1960
3.019
1,84
945
1,27
1.074
2,10
1970
3.693
2,03
1.047
1,01
2.646
2,47
1975
4.076
1,99
1.095
0,89
2.981
2,42
1980
4.450
1,95
1.137
0,74
3.313
2,15
1985
4.837
1,68
1.174
0,65
3.663
2,03
1990
5.246
1,64
1.210
0,61
4.036
1,96
1995
5.678
1,59
1.244
0,56
4.434
1,89
2000
6.122
1,52
1.277
0,52
4.845
1,79
2010
6.989
1,34
1.331
0,41
5.658
1,56
2020
7.822
1,13
1.377
0,35
6.446
1,31
2025
8.206
0,96
1.396
0,29
6.809
1,10

              Pertumbuhan populasi global di masa yang akan datang bisa diperkirakan dengan meliaht susunan kelompok umur populasi, khususnya populasi penduduk berusia kurang 15 tahun, karena kelompok usia inilah yang akan segera melahirkan generasi berikutnya. Penduduk berusia dibawah 15 tahun di afrika diperkirakan berjumlah hampir 45 persen populasi, sementara untuk amerika latin dan asia selatan angkanya adalah 37 persen.  andaikan wanita-wanita di negara berkembang tersebut bisa mencapai tingkat fertilitas rendah atau ideal, yaitu setiap ibu hanya melahirkan dua anak (sangat sulit dicapai ibu-ibu di negara berkembang, biasanya jauh lebih banyak), susunan kelompok umur penduduk yang tinggi karena jumlah calon ibu yang banyak. 

              Dari bukti empiris, pertumbuhan populasi disebabkan oleh tingkat kelahiran yang melebihi tingkat kematian (jika kasusunya sebuah negara, ditambah kelebbihan imigrasi terhadap emigrasi). Secara global dua parameter ini telah menurun secara cepat dalam beberapa tahun terakhir. Tetapi seperti yang dicatat dalam tabel 11-2, dinegara-negara berkembang tingkat kematian menurun lebih cepat dari pada tingkat kelahirannya, sementara yang sebaliknya terjadi di negara-negara maju. Sebagai konsekuensi, sementara pertumbuhan populasi menurun di berbagai negara maju (hampir nol di Austria, Belgia, German, Hungaria dan Ingris, dan sudah negatif di Denmark, Swedia, dan Swiss), dinegara-negara berkembang justru meningkat sampai tahun-tahun 1970-1975. 

Tabel 11-2 Tingkat kematian dan kelahiran kasar (per 1000), dan tingkat harapan hidup, 1960-1965 dan 1980-1985
Tingkat kelahiran kasar
Tingkat kematian kasar
Harapan hidup
                        60-65
80-85
% perubahan
60-65
80-85
%perubahan
60-65
80-85
%perubahan
Total dunia
35,3
27,1
-23,2
15,4
10,5
-31,8
51,5
59,5
15,5
Negara maju
20,3
15,5
-23,6
9,0
9,6
6,7
69,7
73,1
4,9
Negara berkembang
41,9
31,0
-26,0
18,3
10,8
-41,0
47,5
57,3
20,6
Afrika
48,2
45,9
-4,8
23,2
16,6
-28,4
41,8
49,4
18,2
Amerika Latin
41,0
31,6
-22,9
12,2
8,2
-32,8
56,6
64,2
13,4
Amerika Utara
22,8
15,9
-30,3
9,2
8,9
-3,3
70,1
74,4
6,1
Asia Timur
35,5
18,8
-47,0
15,7
6,6
-58,8
51,0
68,4
34,1
Asia Selatan
43,2
34,1
-21,1
19,4
12,4
-36,1
45,8
54,9
19,9
Eropa
18,7
13,9
-25,7
10,2
10,9
6,8
69,7
73,1
4,9
Oceania
26,7
20,7
-22,5
10,6
8,3
-21,7
63,8
67,9
6,4
USSR
22,3
19,0
14,8
7,2
9,3
29,2
69,3
70,9
2,3

              Telah disebutkan bahwa peningkatan populasi yang cepat di negara-negara berkembang merupakan akibat dari penurunan tajam dalam tingkat kematian tanpa penurunan yang seimbang dalam tingkat kelahiran. Penurunan dalam tingkat kematian dihasilkan oleh dua hal, yaitu semakin panjangnya rentang hidup orang dewasa dan turunya tingkat kematian bayi kurang dari satu tahun. Rentang hidup usia dewasa tidak mengalami perubahan yang berarti, sehingga penurunan dalam tingkat kematian diduga lebih diakibatkan oleh turunnya tingkat kematian bayi tersebut.


Image result for krisis penduduk usia muda
        Negara-negara maju, seperti Denmark, Amerika Serikat, Belanda,  Jepang dan Korea Selatan dengan tingkat kelahiran yang rendah, mempunyai lebih banyak penduduk berusia tua dari pada negara-negara berkembang seperti Kenya, yang mempunyai tingkat kelahiran yang lebih tinggi. Denmark, dengan populasi hampir stasioner, atau pertumbuhan mendekati nol, mempunyai jumlah penduduk yang hampir sama dalam setiap kelompok umur, meruncing secara bertahap pada usia yang lebih tua. Amerika Serikat, dengan populasi yang konstriktif atau meruncing dan pertumbuhan yang lambat, mempunyai jumlah penduduk yang sedikit pada usia muda. Kenya, dengan populasi yang ekspansif atau pertumbuhan tinggi, sebagian besar penduduknya berusia muda.
       Ini dapat menjadi beban generasi muda dan pemerintah untuk membiayai jumlah penduduk lansia yang terus meningkat dengan cepat. Konsumsi makan mereka mungkin hanya sedikit dibandingkan dengan yang muda.Tetapi,bila mereka sakit-sakitan dan hidup lama, maka biaya untuk mengurusi mereka akan jauh lebih besar daripada mengurusi yang anak-anak atau penduduk muda.

        Di negara yang sudah maju,para lansia telah diperhatikan oleh pemerintah. Di Belanda misalnya, terdapat sistem pensiun yang sangat bagus untuk para lansia.Uang diambil dari pajak yang dibayarkan oleh mereka yang masih bekerja,mereka yang masih muda. Ketika jumlah penduduk lansia belum banyak sistem ini dapat berlangsung lancar.

         Namun,ketika jumlahnya semakin banyak dan hidupnya makin lama, artinya jumlah pensiunan juga meningkat cepat.Pemerintah kesulitan mendapat uang untuk membiayai para lansia ini. Kesulitan dalam anggaran pemerintah ini telah dialami banyak negara, seperti negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Hal ini menyebabkan defisit anggaran pemerintah.

         Karena jumlah lansia ini terus meningkat dan hidup lebih lama,maka defisit ini bisa terus bertahan dan meningkat. Ini ditambah lagi dengan sistem keuangan dunia yang penuh spekulasi. Defisit anggaran di negara maju akibat peledakan jumlah penduduk lansia ini menjadi salah satu penyebab utama krisis keuangan global jilid II. Dampak krisis ini dapat lebih parah dan terjadi pada waktu yang lebih lama.

Transisi Demografis

 Pengamatan diberbagai negara menunjukkan pola pertumbuhan penduduk yang hampir sama yang secara umum boleh kita bagi menjadi 4 tahap, masing-masing tahap merupakan hasil interaksi antara tingkat kematian dan tingkat kelahiran.

Tahap 1: Tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi. Pada tahap ini tingkat kematian  dan tingkat kelahiran berada pada tingkat yang tinggi, sehingga pertumbuhan penduduk juga tidak terlalu tinggi.Tentu saja situasinya tidak nyaman karena banyak yang lahir dan banyak pula yang meninggal dalam usia yang relatif muda. Tingkat harapan hidup belum tinggi.

Tahap 2: Penurunan tingkat kematian. Tahap kedua ini ditandai dengan menurunnya tingkat kematian karena perbaikan dibanyak hal (kesehatan, nutrisi, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya), sementara tingkat kelahiran masih tetap tinggi karena kesadaran untuk membatasi kelahiran belum ada, dan hasilnya adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Masyarakat mulai merasakan tingkat kehidupan yang lebih baik karena banyak orang bisa menikmati harapan hidup pada tingkat yang lebih tinggi. Tetapi mulai muncul berbagai masalah seperti pengangguran, persebaran penduduk yang cenderung memusat ke kota, serta tingginya beban yang harus ditanggung oleh penduduk angkatan kerja produktif.

Tahap 3: Penurunan tingkat kelahiran. Pada tahap ini tingkat kematian masih terus menurun dan tingkat kelahiran mulai menurun pula, dan hasil akhirnya adalah tingkat pertumbuhan penduduk yang mulai menurun.

Tahap4: Populasi stasioner. Tingkat kematian dan tingkat kelahiran cenderung seimbang pada tingkat yang rendah. Pertumbuhan penduduk mulai seimbang dalam tingkat yang rendah pula. Masyarakat mulai merasakan bahwa masalah-masalah akibat pertumbuhan penduduk seperti pengangguran, beban tanggungan usia kerja produktif  yang tinggi, serta migrasi desa-kota mulai menghilang.


Keseluruhan proses diatas dinamakan transisi demografis. Proses transisi demografis yang hampir otomatis tersebut membuat beberapa ekonom berfikir bahwa sepertinya tidak diperlukan peran pemerintah untuk menurunkan pertumbuhan penduduk. Tetapi disadari juga bahwa tanpa campur tangan pemerintah, proses tersebut akan memerlukan waktu yang lebih lama.
Yang menjadi pertanyaan adalah, bentuk intervensi apakah yang paling efektif? Pemerintah bisa menyediakan informasi tentang kotrasespi melalui pendidikan, khususnya bagi para gadis maupun pasangan muda. Pemerintah juga bisa melibatkan swasta (misalnya perusahan rokok atau obat-obatan) untuk ikut menyebarkan alat kontrasepsi ke pelosok desa, karena biasanya mereka sudah mempunyai jaringan penjualan kedaerah-daerah tersebut. Hal ini dimotivasi oleh kenyataan bahwa satu kendala utama bagi pembatasan keluarga adalah kurang tersedianya alat kontrasepsi di pedesaan, sedangkan klinik di pedesaan belum menjangkau seluruh daerah terpencil.


Dampak Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk yang tinggi sebenarnya bisa memberikan dampak positif , di antaranya dapat menjadi  unsur penting dalam usaha untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi dengan ketersediaan tenaga kerja yang melimpah.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi, khusunya yang terjadi di Indonesia tidak hanya bisa berdampak positif saja, tetapi juga akan menimbulkan dampak negatif di berbagai bidang yang tentunya akan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Dampak negatif dari pertumbuhan penduduk yang tinggi ini akan timbul apabila pertumbuhan penduduk yang terjadi tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung keberlangsungan hidup penduduk yang bersangkutan dalam rangka memperoleh kehidupan dan penghidupan yang makmur dan sejahtera. Berikut macam – macam dampak negatif dari pertumbuhan penduduk, yaitu:
1.      angka kemiskinan meningkat
2.      angka penganguran meningkat
3.      lahan tempat tinggal dan bercocok tanam berkurang
4.      semakin banyaknya polusi dan limbah yang berasal dari rumah tangga,pabrik,perusahaan,industri Peternakan,dan lain-lain
5.      angka kesehatan menurun
6.      ketersedian pangan sulit
7.      angka kecukupan gizi memburuk
8.      muncul wabah penyakit baru
9.      pembangunan di daerah di tuntut banyak



Cara Mengatasi Pertumbuhan Penduduk
Banyak cara untuk mengatasi pertumbuhan penduduk di Indonesia. Hanya saja banyak dari program – program tersebut belum terealisasikan dengan baik. Namun usaha yang sangat gencar dilakukan oleh pemerintah adalah KB (Keluarga Berencana). Laju tersebut dapat ditekan dengan merevitalisasi kembali program Keluarga Berencana (KB). Yakni melalui program kampung KB yang akan diluncurkan di lokasi padat penduduk, seperti perkampungan nelayan. Melaksanakan program KB atau Keluarga Berencana untuk membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum atau missal sehingga dapat mengurangi jumlah angka kelahiran. Adapun cara – cara lainnya yaitu sebagai berikut:
1.      Menunda masa perkawinan.
2.      Penambahan dan penciptaan lapangan kerja,
3.      Meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan.
4.      Mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi.
5.      Meningkatkan produksi dan pencarian sumber makanan.



DAFTAR PUSTAKA :
https://mletiko.com/2010/03/16/ledakan-penduduk-lansiakrisis-keuangandan-kesejahteraan/
https://terangsaja.wordpress.com/tag/pertumbuhan-penduduk-dan-permasalahannya/
http://adriantiyanti.blogspot.co.id/2014/11/pertumbuhan-penduduk-dan-permasalahannya.html

Share:

Universitas Gunadarma

Universitas Gunadarma

Pencarian

Diberdayakan oleh Blogger.

Search This Blog

Pinterest Gallery

featured Slider

Popular Posts

Tweet Tweet

Like us

About me

Sponsor